Jumat, 01 April 2011

Artikel Budaya

Memasuki musim kemarau Agustus 2009 aksi pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah (Kalteng) kembali terjadi. Akibatnya sekitar 2 juta jiwa penduduk provinsi ini kembali didera kabut asap bercampur partikel debu. Polutan yang berhamburan ke udara kian pekat dan menyesakan dada.

Perangkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) milik Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemprov Kalteng yang ditempatkan di sekitar Bundaran Besar menunjukkan level "Sangat Berbahaya". Ironisnya, hingga saat ini pihak terkait di daerah ini baru berhasil menangkap beberapa gelintir 'orang kecil' yang diduga pelaku pembakaran lahan. Sementara para tauke tanah yang sebagian pejabat malah tak tersentuh.


manusiautan.files.wordpress.com/2008/02/kebakaran-hutan.jpg

Informasi yang dihimpun Betang.COM kebakaran lahan tahun ini hampir merata di 13 kabupaten dan 1 kota di Kalteng. Kota Palangka Raya tak hanya dikepung asap pembakaran lahan dari wilayahnya, tapi juga asap kiriman dari Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau. Kedua kabupaten baru ini hanya berjarak sekitar 90 km dari Ibukota Kalteng tersebut. Di wilayah Kabupaten Katingan kebakaran lahan terlihat di kiri dan kanan jalan negara menuju Palangka Raya. Pemkab Katingan sebenarnya telah berupaya melakukan pemadaman, tapi karena luasnya wilayah yang terbakar yang dapat mereka lakukan hanya memadamkan api yang berada di tepi jalan.

"Beberapa warga mengalami kerugian ratusan juta karena kebun karetnya turut terbakar," kata Amang Ihul, warga Kasongan.

Sementara di Kota Palangka Raya yang terdiri dari lima kecamatan, aparat berwenang seakan tak berdaya mengantisipasi meluasnya kebakaran lahan. Di Kecamatan Sabangau yang terletak sekitar 15 km di selatan kota, api malah membara di sekitar pemukiman penduduk. Struktur tanah di daerah ini yang sebagian berupa gambut membuat api semakin sulit dipadamkan.

Terbatasnya dana dan peralatan yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya membuat aparat tidak dapat berbuat banyak.

Wakil Walikota Palangka Raya, Maryono mengatakan hingga saat ini terdapat sekitar 268 hektar lahan yang terbakar. Untuk mengantisipasi meningkatnya penyakit Ispa (infeksi saluran pernafasan atas) pihaknya telah membagikan secara gratis sebanyak 60 ribu masker dari 100 ribu masker yang direncanakan.

"Puskesmas-puskesmas di Palangka Raya telah siap menangani pasien Ispa," kata Maryono kepada wartawan di Palangka Raya, Selasa ( 1/9) pagi.

Semakin pekatnya kabut asap yang menyelimuti kota Palangka Raya yang dapat mengancam kesehatan, memaksa Walikota Palangka Raya, HM Riban Satia kembali mengevaluasi kebijakan pemberlakuan jam sekolah di daerah ini. Setelah asap mulai membahayakan, sebelumnya HM Riban Satia menginstruksikan agar jam sekolah masuk pukul 7.30 WIB, menyusul kian pekatnya asap jam masuk sekolah kembali diundur menjadi pukul 8.30 WIB.

Instruksi Walikota tersebut merujuk pada rekomendasi Dinas Kesehatan setempat pada rapat yang dihadiri Muspida dan kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) pada 28 Agustus 2009 lalu.

"Pemberlakuan ketentuan ini akan terus dievaluasi sesuai dengan keadaan," katanya.

Pemprov Kalteng tak tinggal diam, sejak 16 Agustus 2009 telah berupaya membuat hujan buatan meski hasilnya tak begitu optimal. Pembuatan hujan buatan ditangani Tim Modifikasi Cuaca (TMC). Selama ini TMC telah terbang 16 kali sambil menggelontorkan garam sebanyak 11.220 ton di sejumlah titik api di wilayah ini. Antara lain Lamandau, Seruyan dan Katingan. Sayangnya pada 25 Agustus 2009 kegiatan TMC terhenti karena pesawat Cassa jenis 212-200 yang dipergunakan membuat hujan mengalami kerusakan teknis. Padahal tugas TMC berakhir hingga 4 September 2009.

"Tapi Gubernur Kalteng minta diperpanjang hingga menjelang lebaran," kata Korlap TMC Kalteng, Tri Handoko Seto, belum lama ini.

Menurut Tri Handoko Seto, pesawat serupa yang bertugas menyemai hujan buatan di wilayah Kalbar akan ditarik ke Kalteng.

Pesawat Cassa 212-200, katanya, dalam sehari dapat menabur garam sekitar 800 kilogram dan dapat membuat hujan turun mencapai ratusan meter kubik.

Hingga Jum’at (11/9) petang, kabut asap tidak ada tanda-tanda akan sirna. Kepekatannya tidak hanya pagi hari, tapi juga siang dan sore hari. Tak terbilang sudah berapa puluh meter pita police line di pasang polisi di lokasi kebakaran lahan di daerah ini. Toh, api juga tak kunjung padam, satu titik dipadamkan, di tempat lain api kian berkobar hebat. Wilayah Kalteng seakan menjadi 'neraka' baru bagi warganya.


1 komentar: